Seri 17: Kebaikan Tanpa Nama (24 Kotak Sehari)
.png)
Di dunia yang serba pamer ini, rasanya aneh kalau kita berbuat baik tapi nggak upload, nggak capture, atau nggak update story. Padahal, justru di balik kebaikan yang nggak kelihatan, ada keindahan yang nggak bisa dibeli.
Lakukan Kebaikan Tanpa Dikenal, Kotakmu Semakin Indah
Hari ini, kita bisa tahu siapa bantu siapa, siapa traktir siapa, bahkan siapa yang ikut donasi. Bukan salah, tapi kadang lupa, bahwa ada level kebaikan yang lebih tinggi dari sekadar dilihat orang: kebaikan yang hanya diketahui oleh hati dan Tuhan.
Kalau Nggak Ada yang Tahu, Apa Masih Mau?
Itu pertanyaan penting. Kalau nggak ada yang ngasih like atau komentar, kalau nggak ada yang tahu kita nyumbang atau nolongin, apa kita masih mau tetap berbuat baik? Di situ letak ujian niatnya. Kebaikan diam-diam itu bukan hanya lebih tulus, tapi juga lebih menyembuhkan.
Kayak Cahaya yang Nggak Cari Sorotan
Ada cahaya yang terang tapi menyilaukan. Ada juga cahaya yang hangat tapi nggak mencolok. Kebaikan yang dilakukan tanpa pamrih itu kayak cahaya yang menyentuh tapi nggak membakar. Ia hadir, memberi, lalu pergi tanpa meninggalkan jejak riuh.
Kebaikan Tak Perlu Ditengok Ulang
Kita sering tergoda untuk menengok ke belakang, berharap kebaikan kita membuahkan hasil secepatnya, atau minimal diketahui orang. Tapi kebaikan yang sejati nggak perlu dilihat kembali. Ia akan kembali sendiri, mungkin dalam bentuk dan waktu yang berbeda.
Kalau kita terus melihat kembali, bisa-bisa niat kita jadi keruh. Jadi pamrih. Dan jelas... nggak ada tenangnya kalau kebaikan selalu diitung-itung. Justru, yang diam dan ikhlas itulah yang membawa ketenangan sejati.
Coba isi satu kotak harimu dengan kebaikan yang tidak diumumkan. Bantu orang tanpa nama, doakan seseorang diam-diam, atau beri senyum pada yang butuh semangat. Kotak itu akan terasa hangat meskipun tak ada satu pun yang tahu kamu sudah mengisinya.
Posting Komentar