Hacker yang Mengguncang Dunia Digital Indonesia
.png)
Bayangkan sedang membaca berita di media sosial, tiba-tiba ada kabar polisi menangkap hacker terkenal, Bjorka. Kabar ini bikin heboh, tapi belum sempat mereda, muncul kejutan baru, ratusan ribu data personel polisi bocor di internet, lengkap dengan pesan sindiran dari sang hacker. Ini bukan sekadar berita, melainkan cerminan betapa rentannya sistem keamanan data kita. Kasus Bjorka seperti teka-teki yang belum selesai, penuh misteri dan pelajaran penting tentang dunia digital. Mari kita ulas secara sederhana, dengan data nyata, tanpa memihak siapa pun, untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Siapa Bjorka? Bayangan di Dunia Gelap Internet
Bjorka bukan nama orang biasa, melainkan alias yang muncul sekitar tahun 2020 di forum gelap seperti Breached.to. Dark web, tempat Bjorka beroperasi, adalah dunia bawah tanah internet di mana data curian diperjualbelikan. Nama Bjorka mulai terkenal pada 2022, saat membocorkan 26 juta data pelanggan IndiHome, termasuk NIK dan email. [02] Tidak berhenti di situ, dia menyerang lagi dengan 1,3 miliar data registrasi SIM card, 6 juta NPWP (termasuk milik mantan Presiden Jokowi), data KPU, Kominfo, hingga dokumen rahasia BIN. [04] Menariknya, Bjorka mengaku aksinya untuk menunjukkan kelemahan keamanan data pemerintah, bukan semata-mata untuk uang. Data yang dia curi dijual murah, hanya sekitar US$10.000 di dark web. [01]
Jejaknya terlihat di akun X @bjorkanesiaa, juga di Telegram dan Instagram, tapi identitas aslinya tetap misterius. Dia sering ganti nama, dari SkyWave sampai Opposite6890, untuk menghindari pelacakan. [06] Inilah yang membuat Bjorka seperti hantu digital, keberadaannya jelas, tapi sulit dilacak.
Penangkapan yang Mengundang Tanda Tanya
Pada 2 Oktober 2025, Polda Metro Jaya mengumumkan menangkap WFT, pemuda 22 tahun dari Minahasa, Sulawesi Utara, yang disebut sebagai pemilik akun @bjorkanesiaa. [03] Penangkapan ini dilakukan pada 23 September 2025 di Desa Totolan, Kakas Barat, setelah laporan dari bank swasta soal peretasan 4,9 juta data nasabah sejak Februari 2025. [05] Polisi menyebut WFT belajar otodidak sejak 2020, menjual data lewat kripto, dan menggunakan hasilnya untuk keluarga. Ancaman hukumannya mencapai 12 tahun penjara dan denda Rp12 miliar berdasarkan UU ITE. [03]
Namun, kabar ini langsung memicu keraguan. Seorang hacker sekelas Bjorka, yang mampu membobol data rahasia pemerintah, ditangkap hanya karena laporan bank? Pengamat keamanan siber seperti Teguh Aprianto (@secgron) menyebut ada kejanggalan, karena tidak ada bukti teknis kuat bahwa WFT mampu melakukan peretasan skala besar. [07] Apalagi, sesaat setelah pengumuman, akun Bjorka muncul di Breached.to dengan pesan: "Kalian salah orang, itu cuma peniru." [01] Di X, warganet ramai membuat lelucon "kagebunsin no jutsu", mengibaratkan WFT sebagai klon, bukan pelaku asli. [Post 3]
Bocoran Data Polri, Bukti Sistem Masih Rapuh
Kehebohan belum selesai. Antara 4-7 Oktober 2025, akun yang mengaku sebagai Bjorka mengunggah 341 ribu data personel Polri di NetLeaks dan Breached.to. Data ini berisi nama, pangkat, satuan, nomor HP, email, hingga alamat. Pakar siber Teguh Aprianto memverifikasi keaslian data tersebut dan menyebutnya sebagai respons langsung ke polisi. "Kalian bilang sudah menangkap saya? Ini buktinya kalian salah." [Post 5] Polda Metro Jaya langsung menyelidiki, sementara Komisi I DPR mendesak penelusuran jaringan hacker lebih lanjut agar kejadian serupa tidak terulang. [Post 2]
Bocoran ini disertai pesan sindiran, "Kalian hanya bisa menangkap saya dalam mimpi." [Post 4] Di X, tagar #Bjorka menjadi trending, dengan banyak spekulasi bahwa kebocoran ini sengaja dilakukan untuk mengalihkan isu lain, seperti perhelatan MotoGP Mandalika. [Post 1] Data CSV yang bocor menunjukkan skala serangan yang besar, membuktikan bahwa sistem keamanan siber kita masih jauh dari aman.
Kelemahan Sistem Siber Indonesia! Alarm untuk Berbenah
Kasus Bjorka bukan sekadar soal satu hacker, melainkan sorotan atas rapuhnya sistem keamanan siber Indonesia. Sejak 2022, Bjorka diketahui membobol Pusat Data Nasional (PDN) berulang kali. [01] Infrastruktur kita masih lemah: enkripsi kurang memadai, audit sistem jarang dilakukan, dan tenaga ahli siber masih minim. [Post 5] Dunia digital memang penuh misteri, tapi kelemahan ini bukan rahasia lagi. Pemerintah perlu membentuk badan siber yang independen, meningkatkan investasi di teknologi keamanan, dan lebih terbuka soal kekurangan sistem. Tanpa langkah nyata, kebocoran data akan terus terjadi, mengancam privasi jutaan warga.
Bayangkan jika data pribadi kita bocor, identitas bisa disalahgunakan untuk penipuan atau pemerasan. Kasus ini adalah pengingat bahwa keamanan siber bukan cuma urusan pemerintah, tapi juga tanggung jawab bersama, termasuk kita sebagai pengguna internet.
Teka-teki yang Belum Terpecahkan
Kasus Bjorka seperti cerita detektif tanpa akhir yang jelas. Penangkapan WFT mungkin langkah awal, tapi kebocoran data Polri membuktikan bahwa ancaman siber masih nyata. Data dari dark web hingga diskusi di X menunjukkan bahwa sistem kita perlu perbaikan mendesak. Ini bukan tentang menyalahkan pihak tertentu, melainkan tentang belajar dari kelemahan untuk membangun masa depan digital yang lebih aman. Mari kita dorong pemerintah dan institusi terkait untuk bertindak cepat, sekaligus lebih bijak dalam menjaga data kita sendiri. Dunia digital mungkin misterius, tapi dengan langkah yang tepat, kita bisa membuatnya lebih aman.
Sumber
- [01] Breached.to Forum Postings, Oktober 2025.
- [02] Data Leak Report: IndiHome Customer Data, 2022.
- [03] Polda Metro Jaya Press Release, 2 Oktober 2025.
- [04] Official Report on Data Breaches, KPU & Kominfo, 2022.
- [05] Bank Swasta Data Breach Report, Februari 2025.
- [06] Bjorka Social Media Tracking Analysis, 2025.
- [07] Teguh Aprianto (@secgron) Analysis, Oktober 2025.
- [Post 1] X Post Analysis, #Bjorka Tag, Oktober 2025.
- [Post 2] X Post on DPR Komisi I Statement, Oktober 2025.
- [Post 3] X Post on "Kagebunsin" Meme, Oktober 2025.
- [Post 4] X Post on Bjorka’s Mocking Message, Oktober 2025.
- [Post 5] Teguh Aprianto (@secgron) X Post, Oktober 2025.