Kolaburasi Busuk Perusak Rakyat Kecil
Table of Contents
Dua Racun yang Menghancurkan Negeri
Beberapa hari lalu, saya terlibat dalam obrolan serius tentang
judi online (judol) di Indonesia. Percakapan ini dimulai dari pertanyaan
sederhana "Bisakah judol hilang?" Jawaban yang muncul ternyata tak
sesederhana pertanyaannya.Sejujurnya, saya pesimis. Dan percakapan ini hanya memperkuat pesimisme itu. Bagaimana tidak, salah satu tantangan terbesar yang kita bahas adalah isu keterlibatan oknum. Bukan rahasia lagi, banyak kasus menunjukkan adanya "orang dalam" dari aparat atau instansi pemerintah yang justru menjadi beking atau bagian dari jaringan. Ini membuat upaya pemberantasan terasa seperti melawan bayangan sendiri. Kita berjuang di depan, sementara musuh justru tumbuh dari dalam.
Namun, di tengah-tengah kekecewaan itu, ada sedikit optimisme. Paling tidak, pemerintah dan pihak berwajib menunjukkan keseriusan dengan menindak oknum-oknum yang ketahuan. Ini menunjukkan bahwa perlawanan tidak hanya menargetkan bandar atau pemain, tapi juga mereka yang seharusnya melindungi rakyat. Ini adalah langkah yang benar, meskipun jalannya masih sangat panjang.
Dari Top-Up 50 Ribu Menuju Kehancuran Ratusan Juta
Bagian paling menyakitkan dari obrolan ini adalah ketika seorang kawan bercerita tentang tetangganya. Awalnya hanya iseng, top-up Rp 50.000, lalu terus bertambah karena penasaran. Pola ini sangat umum. Judol dirancang untuk mengelabui pikiran kita, memberikan "kemenangan semu" di awal, membuat kita merasa punya kontrol, padahal tidak sama sekali.Yang terjadi selanjutnya adalah tragedi. Kehilangan uang, terjerat utang, hingga akhirnya meminjam ke rentenir atau "bank emok" dengan bunga harian yang mencekik. Bunga 10% per hari? Itu bukan pinjaman, itu jalan pintas menuju kemiskinan yang terstruktur. Dalam hitungan minggu, utang Rp 10 juta bisa membengkak jadi ratusan juta.
Ini adalah gambaran nyata dari bagaimana judol bekerja, ia mengubah harapan semu menjadi jerat utang yang mematikan.
Dua Penyakit yang Menghancurkan Rakyat Kecil
Percakapan kami pun melebar ke hubungan antara judol dan korupsi. Pada dasarnya, keduanya adalah penyakit yang merusak. Korupsi mengambil uang rakyat yang seharusnya untuk membangun fasilitas umum, sementara judol mengambil uang dari kantong rakyat secara langsung.Dampaknya sama-sama menghancurkan. Korupsi membuat layanan publik buruk, harga kebutuhan pokok mahal, dan lapangan kerja sulit. Judol menghancurkan keluarga, memicu kriminalitas, dan menciptakan lingkaran setan kemiskinan.
Bahkan, keduanya saling terkait erat dalam hal pencucian uang. Dana hasil korupsi bisa disamarkan melalui transaksi judol yang sulit dilacak, dan sebaliknya, uang dari judol bisa digunakan untuk menyuap oknum. Keduanya menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus.
Pada akhirnya, perang melawan judol adalah perang yang sangat personal sekaligus sistemik. Ini bukan hanya tentang memblokir situs, tapi juga tentang melawan kecanduan, menindak oknum, dan melindungi rakyat kecil dari dua monster yang sama-sama mengerikan. Judol dan korupsi.
Mungkin judol tidak akan pernah benar-benar hilang. Tapi setidaknya, kita bisa terus berjuang.
Judol bukan sekadar hiburan, melainkan jerat yang menghancurkan individu,
keluarga, dan masyarakat. Ia memberi ilusi kemenangan, tapi ujungnya adalah
utang, kriminalitas, dan kemiskinan. Lebih parah lagi, keberadaannya terkait
dengan korupsi dan oknum, sehingga menjadikannya masalah sistemik. Perang
melawan judol tidak hanya soal memblokir situs, tapi juga membersihkan aparat,
melindungi rakyat kecil, dan membangun kesadaran agar tidak terjebak dalam
lingkaran ilusi ini.