Merajut Mimpi | Maliah-Novel Inspiratif
Daftar Isi
“Bu… Bu…. Boleh Fira masuk?” suara khas gadis itu memanggil Ibunya yang berada
di kamar.
“buka saja Neng, Pintunya tak dikunci!” suara yang setengah serak itu
menjawabnya dari dalam.
Perlahan Langkah Fira tertuju ke dalam kamar sang Ibu, dilihatnya Bu Hasanah
tengah Menyusun baju-baju yang sudah dilipatnya ke dalam lemari kayu jati di
pojok kamar. Tatapan dan senyumnya yang tulus memandangi dirinya saat ini.
“Bagaimana keadaan teman yang kau tengok tadi?” dengan penuh rasa penasaran Bu
Hasanah bertanya pada Fira yang duduk di sampingnya. Hari ini Fira menemui
temannya Adinda yang sedang sakit dan masih dirawat di Rumah Sakit.
Senja itu dengan kemilaunya yang menawan Fira mendekati Bu Hasanah “Mah, besok
aku akan pergi merantau ke Bandung mencari kerja” ucap Fira kepada Ibunya yang
Tengah duduk di kursi dekat jendela dapur sambil memotong sayur kangkung yang
hendak ia tumis, dengan mata yang berkaca-kaca.
Bu Hasanah dengan sosoknya yang paruh baya pun menjawab “ ya Nak,
Mudah-mudahan kamu segera mendapatkan pekerjaan yang kau harapkan, Ibu hanya
bisa mendoakanmu dari jauh, jaga diri dan kesehatanmu baik-baik, ingat sesibuk
apapun pekerjaanmu kelak, jangan lupa jalankan shalat lima waktu!”. Begitulah
pesan Ibu padanya lewat percakapan singkat seorang Ibu dan anak yang hendak
mengadu nasib pergi mencari pekerjaan di Kota.
Sementara Ibu memasak tumis kangkung, Fira lalu pergi ke kamarnya untuk
mengemasi keperluannya yang hendak ia bawa merantau esok hari. Tak lama
kemudian Pak Ujang menghampiri Bu Hasanah yang sedang mengaduk masakannya
sambil terisak dan sibuk menghapus air matanya, “ada apa Bu, Kenapa kau
menangis?” tanya Pa Ujang pada istrinya. “entah lah Pak, aku merasa sedih
tentang Fira Pak,”. Dalam ingatan Ibunya, Fira adalah sosok yang mandiri,
tidak pernah menuntut apalagi merepotkan orang tuanya. Ia ingat betul sewaktu
Fira masih SD, saat anak-anak lain seusianya banyak bermain, namun Fira lebih
memilih menghabiskan waktu membantu Ibunya menyiapkan dagangannya.
Fira menyadari betul bahwa Ia mungkin tak seberuntung teman-temannya yang lain
bisa menghabiskan uang jajannya tanpa harus berfikir apakah besok keluarganya
masih bisa makan atau tidak. Setiap Pagi ia tanpa malu membantu membawakan
dagangan Ibunya untuk dititipkan di kantin tempat ia bersekolah, hal ini
dilakukannya semenjak kelas 4 SD hingga SMA semata-mata Ia lakukan untuk
mencukupi kebutuhan keluarganya, supaya Fira dan adik-adiknya bisa bersekolah.
Setelah lulus SMA Fira tak memiliki pilihan lain selain bekerja, Ia harus
memendam harapannya untuk berkuliah demi membantu keluarganya keluar dari
kesulitan ekonomi saat ini.
Beberapa guru disekolahnya menyarankan Fira melanjutkan sekolahnya, bahkan ada
pula kerabat yang menyayangkan bahwa Fira dengan kemampuan akademiknya
seharusnya Ia mampu kuliah sesuai cita-citanya yaitu menjadi seorang perawat,
namun apalah daya semua itu butuh pengorbanan waktu dan biaya, sedangkan
keluarganya saat ini sedang merasa kesulitan. Harapan itu masih tersimpan
namun untuk saat ini ia pendam dan berharap suatu saat ia bisa berkuliah di
kampus impiannya.
Lanjut Baca
Keesokan harinya, 16 Juli 2023 mentari tersenyum cerah, keasrian pemandangan
sawah bak permadani hijau terhampar di depan rumah petak kecil beralaskan
tanah dengan pagar bambuyang terlalu lapuk, terlihat pekarangan penuh tanaman
sayur dan bunga-bunga bermekaran. Fina berpamitan kepada kedua orang tuanya,
sambil bersalaman dan memohon doa restu. Tanpa sadar Fina merangkul Ibunya
sangat erat sambil terisak dan berkata “ terima kasih Bu, doakan Fira ya Bu”.
Ibu, Bapak dan kedua adiknya memandanginya dari kejauhan saat Fira berjalan
dipematang sawah lalu menyusuri jalan setapak, hingga bayangan Fira hilang.
Perjalanan Bus selama 6 jam dari Ciamis ke Bandung cukup panjang dan
melelahkan, Fani segera menemukan Alamat rumah kontrakan kerabat Ibunya yang
kini bekerja sebagai tenaga buruh di pabrik texstil. Kak Ema panggilannya, Ia
lah yang memberi informasi pada Fira bahwa di pabrik tempatnya bekerja saat
ini sedang membuka lowongan pekerjaan sebagai buruh jahit.
Kak Ema menyambut hangat kedatangannya, Setelah bertemu Kak Ema hari ini Fira
merasa lega, karena Ia baru pertama kali bepergian jauh apalagi ke Kota besar
dengan kendaraan yang cukup padat itu.
Dengan segenap harapan Fira memenuhi undangan interview di pabrik tempat Kak
Ema bekerja. Semangatnya terpancar dari sudut raut wajahnya yang manis dengan
lesung pipi yang menggurat natural.
Dengan balutan pakain yang sangat sopan Fira mengenakan hijab berwarna biru “
bissmillahirohmanirohim, semoga hari ini mendapatkan keberkahan” gumam Fira
dalam doanya, Ia selalu ingat nasihat Bapaknya “ Jika engkau berdoa, mintalah
keberkahan bukan meminta wujud yang kita inginkan, karena Allah SWT akan
selalu memberikan apapun yang terbaik untuk kita bukan apa yang menurut kita
baik”. Dengan harapan Ia mendapatkan Pekerjaan yang layak dan bisa membantu
orang tuanya di kampung, Fira menjalani beberapa tes tulis, wawancara dan
keterampilan.
Peserta yang saat itu ikut tes cukup membuatnya kaget dan sempat tidak percaya
diri, pasalnya lowongan pekerjaan ini hanya akan menerima 25 orang saja,
sedangkan pelamar yang mendaftar sebanyak 120 orang yang dating dari berbagai
daerah.
Empat hari berlalu setelah wawancara itu dilaksanakan, Fira yang masih
menganggur dan Kak Ema yang sedang libur sedang bercengkrama sambil menyantap
Mie goreng telur kesukaannya tiba-tiba mendapatkan pesan WA dari HRD
Perusahaan yang mengumumkan peserta yang lulus dan diterima bekerja.
Fira terkejut dan merasa sedikit kecewa ternyata Ia tidak masuk dalam daftar
tersebut, Kak Ema yang sedang menemaninya dengan hangat memberikan semangat
padanya, “ Gapapa Fir, tetap semangat ya Fir, nanti Kakak akan coba tanyakan
lowongan di pabrik lain!” raut wajah Fira terlihat murung dan menunduk,
diaduknya mie goreng menggulung-gulung menggunakan garpu tanpa ia memakannya
sedikit pun.
“ makan dulu, nanti mie nya ga enak.” Ujar Kak Ema sambil mengusap -usap
punggung Fira yang terlihat sedih.Tak banyak yang Fira ucapkan ia hanya
mengangguk lalu mencoba menyantap mie yang tadi belum sempat ia makan itu.
Hatinya ingin menangis namun ia menahannya, seperti biasa ia menyembunyikan
kekecewaannya, pupus harapan ia saat ini menjadi karyawan buruh pabrik Bersama
Kak Ema.
Kembali ia mengingat pesan Ibunya Bapak dan Ibunya, inilah yang terbaik untuk
dirinya. Saat ini belum berhasil, mungkin esok ada kesempatan yang lebih baik
lagi.
Keesokan harinya Kak Emak pergi bekerja namun ia hanya duduk sendirian di
kamarnya, disisi lain Fira merasa tidak nyaman jika harus membebani Kak Ema
melulu, tanpa ia membantu secara financial untuk membayar kontrakan sedangkan
bekal uang yang ia bawa dari kampung hasil menabung dulu sudah menipis dan
mungkin hanya cukup untuk makan 5 hari kedepan.
Fira dengan segala kegundahannya selalu ingat dan terus berdoa agar
mendapatkan jalan terbaik untuk keluar dari masalahnya. Kebiasaannya dari dulu
ia diajarkan Ibunya untuk selalu melaksanakan Shalat Duha di pagi hari dan
jika tidak ada halangan setiap hari senin dan kamis ia pun rajin melaksanakan
puasa sunah, hal ini pun masih dengan Ikhlas ia lakukan saat ini, jika ia
merasa putus asa dan kecewa Fira lebih memilih berdialog dengan Tuhannya
daripada harus berkeluh kesah kepada orang lain.
Fira dengan naluri perempuannya yang rajin membersihkan rumah, Ia bermaksud
menyapu halaman depan kontrakannya lalu ia mengambil sapu lidi dan pengki.
Rumah sudah bersih dan rapi akhirnya Ia berfikir tidak ada salahnya jika ia
melamar pekerjaan sebagai petugas kebersihan di Perusahaan atau pabrik
sejenisnya. Tanpa piker panjang ia mencari lowongan pekerjaan melalui internet
dan ia menemukan situs pencari kerja,
Ada banyak informasi lowongan pekerjaan dari internet tetapi Kak Ema yang
peduli padanya memberi nasihat untuk berhati-hati dalam memilih informasi
lowongan pekerjaan, mengingat beberapa teman Kak Ema pernah ada yang tertipu
secara keungan lewat jaringan tenaga kerja illegal hingga nyaris menjadi
korban trafficking ke luar negeri.
Sebagai orang yang melek informasi Fira berhati-hati dengan segala bentuk
informasi yang ia dapatkan, hingga saat ia menemukan info penerimaan calon
pagawai SPBU pertamina milik swasta yang membuka lowongan pekerjaan sebagai
operator lapangan.
Lamaran dan daftar Riwayat hidup ia lampirkan hingga tiba saatnya ia melakukan
wawancara Kembali, kali ini Ia mendapatkan ujian atau tes yang sederhana
tentang pengetahuan umum dan perhitungan matematika, da wawancara. Terlebih
HRD Perusahaan SPBU ini sangat ramah sehingga Fira tidak gugup saat
mendapatkan giliran diwawancarai.
“ Apa motivasi anda melamar di Perusahaan kami?” tanya HRD yang mewawancarai.
Fira dengan sigap menjawabnya “ saya membutuhkan pekerjaan ini, agar saya bisa
membantu keuangan keluarga saya di kampung Bu.”
HRD tersebut Kembali bertanya “yakin hanya Itu?” Fira kembali menjawab “ saya
memiliki mimpi membuat Ibu dan Bapak saya bisa menikmati masa tuanya tanpa
memikirkan apakah besok keluargaku bisa makan atau tidak, saya punya mimpi
bisa menyekolahkan adik-adik saya menggapai cita-cita mereka, Impian kami
berangkat haji atau umroh sekeluarga.”
Lalu HRD itu bertanya kembali seolah tidak puas dengan jawaban Fira saat itu.
“lalu apa cita-citamu dan apa alasanmu memilih cita-cita itu. Jangan sungkan
jawablah sejujurnya!” ujarnya.
Fira yang kaget dengan pertanyaan itu karena sebelumnya tidak pernah ada yang
bertanya mengenai mimpi dan cita-citanya yang selalu ia pendam sendiri.
Sambil tersipu ia berkata “ saya bermimpi menjadi dokter tetapi sepertinya
mustahil Bu, jadi saya mengubah mimpi saya Bu hehehe…” sambil tersipu dan malu
Fira memberanikan diri mengatakan hal itu.
Ibu HRD itu mengangguk- anggukkan kepalanya “ kenapa anda mengatakan
mustahil?” Anda harus yakin atas Kekuasaan Tuhan. Fira merasa tertampar dan
malu atas ucapan HRD itu, wajahnya memerah malu kepada Allah sudah meragukan
kekuasaanNya.
Keesokan harinya Fira mendapat kabar bahwa ia ternyata diterima bekerja di
Perusahaan itu sebagai operator SPBU pertamina swasta di jalan Setiabudi
Bandung. Ia langsung memberi kabar gembira itu pada Bapak dan Ibunya di
Kampung tak lupa pula kepada Kak Ema yang selama ini membantu dan mau
menampungnya di kontrakan.
Tetapi tempat kerja yang jaraknya cukup jauh mengharuskan Fira berpindah
kontrakan ke daerah terdekat tempat ia bekerja, Kak Ema lah yang mencarikannya
kontrakan dan bersedia membayar setoran awal kontrakannya.
Fira merasa beruntung memiliki kerabat sekaligus sahabat yang begitu peduli
terhadapnya, lagi-lagi ia harus menahan air mata kesedihan karna harus
berpisah dengan orang-orang yang menyayanginya, Kak Ema berkata jika ia libur
kerja akan mencoba menyempatkan diri bermain ke kontrakan baru Fira, begitu
pula Fira.
Beberapa bulan saat gerimis tipis membasahi jalanan penuh berdebu saat itu,
ada harum khas aspal yang menyengat, bau bensin dari tangki DO. Di sebuah
stasiun pengisian bahan bakar yang ramai, Fira menjalani pekerjaannya sebagai
petugas di SPBU dengan penuh dedikasi. Meskipun hanya memiliki ijazah SMA,
namun Fira tidak pernah merasa minder atau meragukan kemampuannya dalam
menjalani pekerjaan tersebut.
Setiap hari, Fira dengan cekatan dan tangkas melayani setiap pelanggan yang
datang ke SPBU. Dengan senyum ramah dan sikap yang profesional, ia melayani
setiap kendaraan yang datang untuk mengisi bahan bakar, serta membantu
pelanggan dalam segala hal yang mereka butuhkan.
Di balik seragam petugas SPBU yang ia kenakan, terdapat semangat dan dedikasi
yang mengagumkan. Fira belajar dengan cepat, menyesuaikan diri dengan
tugas-tugas yang diberikan, dan berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada
setiap pelanggan yang datang.
Meskipun pekerjaannya terkadang melelahkan dan penuh dengan tantangan, namun
Fira tetap tegar dan semangat. Ia menyadari bahwa pekerjaan yang ia jalani
adalah sumber penghidupan bagi dirinya dan keluarganya, sehingga ia
menjalaninya dengan penuh tanggung jawab dan rasa bangga.
Dengan kerja keras dan dedikasi yang ia tunjukkan, Fira berhasil mendapatkan
penghargaan dari atasan dan rekan kerjanya. Mereka mengakui ketekunan dan
semangatnya dalam menjalani pekerjaan, serta kemampuannya dalam memberikan
pelayanan yang prima kepada setiap pelanggan.
Dan di balik kesederhanaannya, Fira merasa bangga dengan pekerjaannya sebagai
petugas SPBU. Baginya, setiap kendaraan yang ia layani adalah kesempatan untuk
memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Dalam perjalanan kariernya, Fira belajar bahwa tidak peduli seberapa tinggi
atau rendah pendidikan seseorang, yang terpenting adalah semangat dan dedikasi
yang dimiliki dalam menjalani pekerjaan. Dan dengan sikap yang positif dan
tekad yang kuat, Fira terus melangkah maju, siap menghadapi segala tantangan
dan meraih kesuksesan dalam karier yang ia geluti.
Dibalik kisahnya, Fira menyimpan kisah dan harapan cintanya yang ia bawa dari
desanya. Kakak kelas sewaktu SMA menjadi kekasihnya saat ini, Meskipun
terpisah jarak dan waktu yang jauh, Fira dan lelaki dari desanya itu tetap
menjalin kedekatan yang erat. Meskipun Jakarta dan Bandung terletak di ujung
yang berlawanan, namun hati mereka tetap terhubung dalam jalinan komunikasi
yang penuh dengan kerinduan.
Setiap hari, Fira setia memberi kabar pada lelaki itu, berbagi cerita tentang
kehidupannya di kota besar. Ia menceritakan tentang perjuangannya dalam
bekerja, kegiatan sehari-harinya, serta impian dan harapannya untuk masa
depan. Meskipun terpisah jauh, namun melalui pesan-pesan singkat dan panggilan
telepon, mereka menciptakan ikatan yang kuat dan tak tergoyahkan.
Di sisi lain, lelaki itu pun menaruh harapan besar pada Fira. Setiap kabar
yang ia terima dari Fira menjadi sinar terang di tengah kegelapan kesendirian
yang ia rasakan di desanya. Ia merindukan kehadiran Fira setiap waktu, dan
impian untuk bersama dengan Fira di masa depan memberinya kekuatan dan
motivasi untuk terus maju.
Meskipun terpisah oleh jarak yang jauh, namun Fira dan lelaki dari desanya
tetap percaya pada cinta dan hubungan mereka. Mereka yakin bahwa cinta mereka
akan mengatasi segala rintangan dan menjaga api cinta mereka tetap menyala,
meskipun terpisah oleh jarak dan waktu.
Dalam setiap pesan yang mereka kirimkan dan setiap panggilan yang mereka
lakukan, terdapat janji dan komitmen untuk tetap setia dan saling mendukung
satu sama lain. Mereka tahu bahwa meskipun jarak memisahkan mereka, namun
cinta yang mereka miliki akan tetap abadi dan tidak tergoyahkan.
Dalam setiap hari yang mereka jalani, Fira dan lelaki dari desanya terus
menunggu hari ketika mereka akan bersatu kembali. Mereka yakin bahwa suatu
hari nanti, mereka akan mengakhiri jarak dan waktu yang memisahkan mereka, dan
bersama-sama menjalani hidup yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan.
Hingga pada tahun ke empat tepat Fira meniti karirnya mendapat tugas baru dan
jenjang karirnya mennjak menjadi Admin dan karyawan tetap, ia mendapat pukulan
besar dari lelaki itu.
Ketika Fira menerima kabar pahit dari sepupunya, rasanya seperti dunianya
hancur berkeping-keping. Kabar bahwa lelaki yang ia percayai telah menjalin
hubungan baru dengan wanita lain terasa seperti pukulan telak yang
menghantamnya tanpa ampun. Segala harapan, impian, dan kepercayaan yang pernah
ia tanamkan dalam hubungannya dengan lelaki itu sirna dalam sekejap.
Dalam momen itu, Fira merasa seperti terhempas ke jurang kekecewaan yang
dalam. Rasanya seolah-olah ia tenggelam dalam lautan kesedihan yang gelap dan
tak berujung. Ia merasa ditipu, dikhianati, dan diabaikan oleh orang yang
pernah ia cintai sepenuh hati.
Saat-saat berharga yang pernah mereka bagi bersama, kenangan manis yang pernah
mereka bangun bersama, semuanya terasa palsu dan hampa. Fira merasa seperti
telah disia-siakan dan diabaikan, dan rasa sakit yang melanda terasa begitu
nyata dan menusuk.
Dalam keputusasaan yang mendalam, Fira meratapi kehilangan yang begitu besar.
Ia bertanya-tanya mengapa harus dia yang harus mengalami penderitaan ini,
mengapa cinta mereka harus berakhir dalam penderitaan dan pengkhianatan. Rasa
marah, kecewa, dan kehilangan bergantian menghantamnya, membelenggu hatinya
dengan kegelapan yang tak terlukiskan.
Namun di tengah-tengah keputusasaan yang melingkupi, Fira menemukan kekuatan
untuk bangkit. Meskipun hatinya hancur dan terluka, namun ia bertekad untuk
tidak membiarkan penderitaannya meruntuhkan dirinya sepenuhnya. Dengan tekad
yang kuat, ia memutuskan untuk melangkah maju, melepaskan masa lalu dan
memulai babak baru dalam hidupnya.
Meskipun pahit, pengkhianatan itu menjadi titik balik dalam kehidupan Fira. Ia
belajar untuk lebih berhati-hati dalam mempercayai orang lain, dan ia belajar
untuk lebih memahami nilai dirinya sendiri. Dengan penuh tekad, Fira berjanji
pada dirinya sendiri bahwa ia akan bangkit dari penderitaannya dan menjadi
lebih kuat dari sebelumnya.
Fira merasakan luapan kesedihan yang begitu mendalam, membelenggu hati dan
pikirannya dengan kekecewaan yang tak terlukiskan. Setiap detik terasa seperti
belenggu yang semakin mengencang, menutupi segala harapan dan mimpi yang
pernah ia bangun bersama kekasihnya.
Dalam gelombang emosi yang melanda, Fira merasakan hatinya hancur
berkeping-keping. Rasa sakit dan kekecewaan mengalir begitu deras,
menghantamnya seperti badai yang mengamuk di lautan jiwa. Ia merasa terluka,
ditinggalkan, dan dikhianati oleh orang yang pernah ia percayai sepenuhnya.
Setiap kenangan indah bersama kekasihnya menjadi bumerang yang menghantamnya,
menyebabkan luka yang semakin dalam dan tak terobati. Fira meratapi kehilangan
yang begitu menyakitkan, merindukan saat-saat bahagia yang kini terasa begitu
jauh dan tak terjangkau lagi.
Dalam kesedihan yang melingkupi, Fira merasa terjebak dalam labirin yang tak
berujung. Ia bertanya-tanya mengapa cinta mereka harus berakhir seperti ini,
mengapa kepercayaannya harus dihancurkan begitu saja. Rasa bingung dan kecewa
merajalela di dalam dirinya, membingungkan dan menghantamnya dengan keras.
Namun, di tengah gelombang kesedihan yang membelenggu, Fira menemukan kekuatan
dalam dirinya untuk bangkit. Meskipun hatinya hancur, namun ia bertekad untuk
tidak terus terpuruk dalam kesedihan. Dengan tekad yang kuat, ia memutuskan
untuk menjalani proses penyembuhan, merelakan masa lalu dan melangkah maju
dengan penuh keberanian.
Dalam proses penyembuhan dan pemulihan, Fira menemukan kekuatan dan
kebijaksanaan yang tak terduga di dalam dirinya. Ia tahu bahwa meskipun rasa
sakitnya takkan pernah hilang sepenuhnya, namun ia juga tahu bahwa ia bisa
bangkit dan melangkah maju dengan kepala tegak dan hati yang kuat. Dan di
dalam kegelapan yang menyelimuti, ia menemukan cahaya harapan yang akan
membimbingnya menuju masa depan yang lebih baik.
Fira memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya setelah ia memendam
mimpi-mimpinya. Kini ia yang bercita cita sebagai dokter itu berubah Haluan
mendaftarkan dirinya sebagai mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan
di kota kelahirannya.
Empat tahun masa yang ia lewati untuk mendapatkan gelar S.Pd yang kini ia
sandang membuatnya menjadi sosok guru yang penuh harapan membagi ilmu dan
pengalamannya. Ia memiliki semangat yang kuat untuk menjalani kehidupannya.
Ibu Hasanah selalu menjadi titik ketabahan yang ia miliki dalam jiwanya
tersimpan pesan sang ibu yang menuntunnya dalam doa dan harapan.
Epilog Chapter 7
Setelah melalui badai kekecewaan yang mendalam, Fira akhirnya mampu bangkit
dari keterpurukan yang menghimpitnya. Meskipun luka-luka itu masih ada, namun
ia tidak lagi membiarkan mereka membelenggu langkahnya. Ia memilih untuk
melangkah maju dengan tekad yang kuat dan hati yang tegar, menuju masa depan
yang lebih cerah dan penuh harapan.
Dengan tekad yang bulat, Fira memutuskan untuk fokus pada dirinya sendiri. Ia
mengarahkan energinya untuk mengejar impian-impian dan cita-cita yang pernah
terlupakan. Ia kembali menyibukkan diri dengan hal-hal yang dicintainya,
menemukan kebahagiaan dalam mencurahkan perhatiannya pada hobi, minat, dan
passionnya.
Fira juga memilih untuk belajar dari pengalaman yang ia alami. Ia menemukan
kekuatan dalam setiap rintangan yang ia hadapi, dan ia mengubahnya menjadi
pelajaran berharga yang membantu memperkuat dirinya. Ia belajar untuk lebih
bijaksana dalam memilih orang yang ia percayai, dan untuk lebih memahami nilai
dirinya sendiri.
Dalam prosesnya menuju kesembuhan dan pemulihan, Fira juga menemukan dukungan
yang tak terduga dari orang-orang terdekatnya. Keluarga dan teman-temannya
selalu ada di sisinya, memberikan dukungan moral dan semangat yang membuatnya
mampu melangkah maju dengan lebih percaya diri.
Di lautan mimpi yang tak bertepi, perjuangan bagai kapal yang menembus badai.
Meski ombak menggempur, layar keberanian tetap dikembangkan. Sebab, dalam
setiap gelombang, tersembunyi peluang untuk meraih impian yang tampak
mustahil.
Masukan Token untuk Membuka setiap Chapter Novel Inspiratif | Maliah . Dapatkan Token
