Merajut Mimpi | Maliah-Novel Inspiratif

Daftar Isi
Merajut Mimpi | Maliah-Novel Inspiratif

“Bu… Bu…. Boleh Fira masuk?” suara khas gadis itu memanggil Ibunya yang berada di kamar.

“buka saja Neng, Pintunya tak dikunci!” suara yang setengah serak itu menjawabnya dari dalam.

Perlahan Langkah Fira tertuju ke dalam kamar sang Ibu, dilihatnya Bu Hasanah tengah Menyusun baju-baju yang sudah dilipatnya ke dalam lemari kayu jati di pojok kamar. Tatapan dan senyumnya yang tulus memandangi dirinya saat ini. “Bagaimana keadaan teman yang kau tengok tadi?” dengan penuh rasa penasaran Bu Hasanah bertanya pada Fira yang duduk di sampingnya. Hari ini Fira menemui temannya Adinda yang sedang sakit dan masih dirawat di Rumah Sakit.

Senja itu dengan kemilaunya yang menawan Fira mendekati Bu Hasanah “Mah, besok aku akan pergi merantau ke Bandung mencari kerja” ucap Fira kepada Ibunya yang Tengah duduk di kursi dekat jendela dapur sambil memotong sayur kangkung yang hendak ia tumis, dengan mata yang berkaca-kaca.

Bu Hasanah dengan sosoknya yang paruh baya pun menjawab “ ya Nak, Mudah-mudahan kamu segera mendapatkan pekerjaan yang kau harapkan, Ibu hanya bisa mendoakanmu dari jauh, jaga diri dan kesehatanmu baik-baik, ingat sesibuk apapun pekerjaanmu kelak, jangan lupa jalankan shalat lima waktu!”. Begitulah pesan Ibu padanya lewat percakapan singkat seorang Ibu dan anak yang hendak mengadu nasib pergi mencari pekerjaan di Kota.

Sementara Ibu memasak tumis kangkung, Fira lalu pergi ke kamarnya untuk mengemasi keperluannya yang hendak ia bawa merantau esok hari. Tak lama kemudian Pak Ujang menghampiri Bu Hasanah yang sedang mengaduk masakannya sambil terisak dan sibuk menghapus air matanya, “ada apa Bu, Kenapa kau menangis?” tanya Pa Ujang pada istrinya. “entah lah Pak, aku merasa sedih tentang Fira Pak,”. Dalam ingatan Ibunya, Fira adalah sosok yang mandiri, tidak pernah menuntut apalagi merepotkan orang tuanya. Ia ingat betul sewaktu Fira masih SD, saat anak-anak lain seusianya banyak bermain, namun Fira lebih memilih menghabiskan waktu membantu Ibunya menyiapkan dagangannya.

Fira menyadari betul bahwa Ia mungkin tak seberuntung teman-temannya yang lain bisa menghabiskan uang jajannya tanpa harus berfikir apakah besok keluarganya masih bisa makan atau tidak. Setiap Pagi ia tanpa malu membantu membawakan dagangan Ibunya untuk dititipkan di kantin tempat ia bersekolah, hal ini dilakukannya semenjak kelas 4 SD hingga SMA semata-mata Ia lakukan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, supaya Fira dan adik-adiknya bisa bersekolah. Setelah lulus SMA Fira tak memiliki pilihan lain selain bekerja, Ia harus memendam harapannya untuk berkuliah demi membantu keluarganya keluar dari kesulitan ekonomi saat ini.

Beberapa guru disekolahnya menyarankan Fira melanjutkan sekolahnya, bahkan ada pula kerabat yang menyayangkan bahwa Fira dengan kemampuan akademiknya seharusnya Ia mampu kuliah sesuai cita-citanya yaitu menjadi seorang perawat, namun apalah daya semua itu butuh pengorbanan waktu dan biaya, sedangkan keluarganya saat ini sedang merasa kesulitan. Harapan itu masih tersimpan namun untuk saat ini ia pendam dan berharap suatu saat ia bisa berkuliah di kampus impiannya.
Lanjut Baca

Keesokan harinya, 16 Juli 2023 mentari tersenyum cerah, keasrian pemandangan sawah bak permadani hijau terhampar di depan rumah petak kecil beralaskan tanah dengan pagar bambuyang terlalu lapuk, terlihat pekarangan penuh tanaman sayur dan bunga-bunga bermekaran. Fina berpamitan kepada kedua orang tuanya, sambil bersalaman dan memohon doa restu. Tanpa sadar Fina merangkul Ibunya sangat erat sambil terisak dan berkata “ terima kasih Bu, doakan Fira ya Bu”. Ibu, Bapak dan kedua adiknya memandanginya dari kejauhan saat Fira berjalan dipematang sawah lalu menyusuri jalan setapak, hingga bayangan Fira hilang.
Perjalanan Bus selama 6 jam dari Ciamis ke Bandung cukup panjang dan melelahkan, Fani segera menemukan Alamat rumah kontrakan kerabat Ibunya yang kini bekerja sebagai tenaga buruh di pabrik texstil. Kak Ema panggilannya, Ia lah yang memberi informasi pada Fira bahwa di pabrik tempatnya bekerja saat ini sedang membuka lowongan pekerjaan sebagai buruh jahit.
Kak Ema menyambut hangat kedatangannya, Setelah bertemu Kak Ema hari ini Fira merasa lega, karena Ia baru pertama kali bepergian jauh apalagi ke Kota besar dengan kendaraan yang cukup padat itu.
Dengan segenap harapan Fira memenuhi undangan interview di pabrik tempat Kak Ema bekerja. Semangatnya terpancar dari sudut raut wajahnya yang manis dengan lesung pipi yang menggurat natural.
Dengan balutan pakain yang sangat sopan Fira mengenakan hijab berwarna biru “ bissmillahirohmanirohim, semoga hari ini mendapatkan keberkahan” gumam Fira dalam doanya, Ia selalu ingat nasihat Bapaknya “ Jika engkau berdoa, mintalah keberkahan bukan meminta wujud yang kita inginkan, karena Allah SWT akan selalu memberikan apapun yang terbaik untuk kita bukan apa yang menurut kita baik”. Dengan harapan Ia mendapatkan Pekerjaan yang layak dan bisa membantu orang tuanya di kampung, Fira menjalani beberapa tes tulis, wawancara dan keterampilan.
Peserta yang saat itu ikut tes cukup membuatnya kaget dan sempat tidak percaya diri, pasalnya lowongan pekerjaan ini hanya akan menerima 25 orang saja, sedangkan pelamar yang mendaftar sebanyak 120 orang yang dating dari berbagai daerah.
Empat hari berlalu setelah wawancara itu dilaksanakan, Fira yang masih menganggur dan Kak Ema yang sedang libur sedang bercengkrama sambil menyantap Mie goreng telur kesukaannya tiba-tiba mendapatkan pesan WA dari HRD Perusahaan yang mengumumkan peserta yang lulus dan diterima bekerja.
Fira terkejut dan merasa sedikit kecewa ternyata Ia tidak masuk dalam daftar tersebut, Kak Ema yang sedang menemaninya dengan hangat memberikan semangat padanya, “ Gapapa Fir, tetap semangat ya Fir, nanti Kakak akan coba tanyakan lowongan di pabrik lain!” raut wajah Fira terlihat murung dan menunduk, diaduknya mie goreng menggulung-gulung menggunakan garpu tanpa ia memakannya sedikit pun.
“ makan dulu, nanti mie nya ga enak.” Ujar Kak Ema sambil mengusap -usap punggung Fira yang terlihat sedih.Tak banyak yang Fira ucapkan ia hanya mengangguk lalu mencoba menyantap mie yang tadi belum sempat ia makan itu.
Hatinya ingin menangis namun ia menahannya, seperti biasa ia menyembunyikan kekecewaannya, pupus harapan ia saat ini menjadi karyawan buruh pabrik Bersama Kak Ema.
Kembali ia mengingat pesan Ibunya Bapak dan Ibunya, inilah yang terbaik untuk dirinya. Saat ini belum berhasil, mungkin esok ada kesempatan yang lebih baik lagi.
Keesokan harinya Kak Emak pergi bekerja namun ia hanya duduk sendirian di kamarnya, disisi lain Fira merasa tidak nyaman jika harus membebani Kak Ema melulu, tanpa ia membantu secara financial untuk membayar kontrakan sedangkan bekal uang yang ia bawa dari kampung hasil menabung dulu sudah menipis dan mungkin hanya cukup untuk makan 5 hari kedepan.
Fira dengan segala kegundahannya selalu ingat dan terus berdoa agar mendapatkan jalan terbaik untuk keluar dari masalahnya. Kebiasaannya dari dulu ia diajarkan Ibunya untuk selalu melaksanakan Shalat Duha di pagi hari dan jika tidak ada halangan setiap hari senin dan kamis ia pun rajin melaksanakan puasa sunah, hal ini pun masih dengan Ikhlas ia lakukan saat ini, jika ia merasa putus asa dan kecewa Fira lebih memilih berdialog dengan Tuhannya daripada harus berkeluh kesah kepada orang lain.
Fira dengan naluri perempuannya yang rajin membersihkan rumah, Ia bermaksud menyapu halaman depan kontrakannya lalu ia mengambil sapu lidi dan pengki. Rumah sudah bersih dan rapi akhirnya Ia berfikir tidak ada salahnya jika ia melamar pekerjaan sebagai petugas kebersihan di Perusahaan atau pabrik sejenisnya. Tanpa piker panjang ia mencari lowongan pekerjaan melalui internet dan ia menemukan situs pencari kerja,
Ada banyak informasi lowongan pekerjaan dari internet tetapi Kak Ema yang peduli padanya memberi nasihat untuk berhati-hati dalam memilih informasi lowongan pekerjaan, mengingat beberapa teman Kak Ema pernah ada yang tertipu secara keungan lewat jaringan tenaga kerja illegal hingga nyaris menjadi korban trafficking ke luar negeri.
Sebagai orang yang melek informasi Fira berhati-hati dengan segala bentuk informasi yang ia dapatkan, hingga saat ia menemukan info penerimaan calon pagawai SPBU pertamina milik swasta yang membuka lowongan pekerjaan sebagai operator lapangan.
Lamaran dan daftar Riwayat hidup ia lampirkan hingga tiba saatnya ia melakukan wawancara Kembali, kali ini Ia mendapatkan ujian atau tes yang sederhana tentang pengetahuan umum dan perhitungan matematika, da wawancara. Terlebih HRD Perusahaan SPBU ini sangat ramah sehingga Fira tidak gugup saat mendapatkan giliran diwawancarai.
“ Apa motivasi anda melamar di Perusahaan kami?” tanya HRD yang mewawancarai. Fira dengan sigap menjawabnya “ saya membutuhkan pekerjaan ini, agar saya bisa membantu keuangan keluarga saya di kampung Bu.”
HRD tersebut Kembali bertanya “yakin hanya Itu?” Fira kembali menjawab “ saya memiliki mimpi membuat Ibu dan Bapak saya bisa menikmati masa tuanya tanpa memikirkan apakah besok keluargaku bisa makan atau tidak, saya punya mimpi bisa menyekolahkan adik-adik saya menggapai cita-cita mereka, Impian kami berangkat haji atau umroh sekeluarga.”
Lalu HRD itu bertanya kembali seolah tidak puas dengan jawaban Fira saat itu. “lalu apa cita-citamu dan apa alasanmu memilih cita-cita itu. Jangan sungkan jawablah sejujurnya!” ujarnya.
Fira yang kaget dengan pertanyaan itu karena sebelumnya tidak pernah ada yang bertanya mengenai mimpi dan cita-citanya yang selalu ia pendam sendiri.
Sambil tersipu ia berkata “ saya bermimpi menjadi dokter tetapi sepertinya mustahil Bu, jadi saya mengubah mimpi saya Bu hehehe…” sambil tersipu dan malu Fira memberanikan diri mengatakan hal itu.
Ibu HRD itu mengangguk- anggukkan kepalanya “ kenapa anda mengatakan mustahil?” Anda harus yakin atas Kekuasaan Tuhan. Fira merasa tertampar dan malu atas ucapan HRD itu, wajahnya memerah malu kepada Allah sudah meragukan kekuasaanNya.
Keesokan harinya Fira mendapat kabar bahwa ia ternyata diterima bekerja di Perusahaan itu sebagai operator SPBU pertamina swasta di jalan Setiabudi Bandung. Ia langsung memberi kabar gembira itu pada Bapak dan Ibunya di Kampung tak lupa pula kepada Kak Ema yang selama ini membantu dan mau menampungnya di kontrakan.
Tetapi tempat kerja yang jaraknya cukup jauh mengharuskan Fira berpindah kontrakan ke daerah terdekat tempat ia bekerja, Kak Ema lah yang mencarikannya kontrakan dan bersedia membayar setoran awal kontrakannya.
Fira merasa beruntung memiliki kerabat sekaligus sahabat yang begitu peduli terhadapnya, lagi-lagi ia harus menahan air mata kesedihan karna harus berpisah dengan orang-orang yang menyayanginya, Kak Ema berkata jika ia libur kerja akan mencoba menyempatkan diri bermain ke kontrakan baru Fira, begitu pula Fira.
Beberapa bulan saat gerimis tipis membasahi jalanan penuh berdebu saat itu, ada harum khas aspal yang menyengat, bau bensin dari tangki DO. Di sebuah stasiun pengisian bahan bakar yang ramai, Fira menjalani pekerjaannya sebagai petugas di SPBU dengan penuh dedikasi. Meskipun hanya memiliki ijazah SMA, namun Fira tidak pernah merasa minder atau meragukan kemampuannya dalam menjalani pekerjaan tersebut.
Setiap hari, Fira dengan cekatan dan tangkas melayani setiap pelanggan yang datang ke SPBU. Dengan senyum ramah dan sikap yang profesional, ia melayani setiap kendaraan yang datang untuk mengisi bahan bakar, serta membantu pelanggan dalam segala hal yang mereka butuhkan.
Di balik seragam petugas SPBU yang ia kenakan, terdapat semangat dan dedikasi yang mengagumkan. Fira belajar dengan cepat, menyesuaikan diri dengan tugas-tugas yang diberikan, dan berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada setiap pelanggan yang datang.
Meskipun pekerjaannya terkadang melelahkan dan penuh dengan tantangan, namun Fira tetap tegar dan semangat. Ia menyadari bahwa pekerjaan yang ia jalani adalah sumber penghidupan bagi dirinya dan keluarganya, sehingga ia menjalaninya dengan penuh tanggung jawab dan rasa bangga.
Dengan kerja keras dan dedikasi yang ia tunjukkan, Fira berhasil mendapatkan penghargaan dari atasan dan rekan kerjanya. Mereka mengakui ketekunan dan semangatnya dalam menjalani pekerjaan, serta kemampuannya dalam memberikan pelayanan yang prima kepada setiap pelanggan.
Dan di balik kesederhanaannya, Fira merasa bangga dengan pekerjaannya sebagai petugas SPBU. Baginya, setiap kendaraan yang ia layani adalah kesempatan untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Dalam perjalanan kariernya, Fira belajar bahwa tidak peduli seberapa tinggi atau rendah pendidikan seseorang, yang terpenting adalah semangat dan dedikasi yang dimiliki dalam menjalani pekerjaan. Dan dengan sikap yang positif dan tekad yang kuat, Fira terus melangkah maju, siap menghadapi segala tantangan dan meraih kesuksesan dalam karier yang ia geluti.
Dibalik kisahnya, Fira menyimpan kisah dan harapan cintanya yang ia bawa dari desanya. Kakak kelas sewaktu SMA menjadi kekasihnya saat ini, Meskipun terpisah jarak dan waktu yang jauh, Fira dan lelaki dari desanya itu tetap menjalin kedekatan yang erat. Meskipun Jakarta dan Bandung terletak di ujung yang berlawanan, namun hati mereka tetap terhubung dalam jalinan komunikasi yang penuh dengan kerinduan.
Setiap hari, Fira setia memberi kabar pada lelaki itu, berbagi cerita tentang kehidupannya di kota besar. Ia menceritakan tentang perjuangannya dalam bekerja, kegiatan sehari-harinya, serta impian dan harapannya untuk masa depan. Meskipun terpisah jauh, namun melalui pesan-pesan singkat dan panggilan telepon, mereka menciptakan ikatan yang kuat dan tak tergoyahkan.
Di sisi lain, lelaki itu pun menaruh harapan besar pada Fira. Setiap kabar yang ia terima dari Fira menjadi sinar terang di tengah kegelapan kesendirian yang ia rasakan di desanya. Ia merindukan kehadiran Fira setiap waktu, dan impian untuk bersama dengan Fira di masa depan memberinya kekuatan dan motivasi untuk terus maju.
Meskipun terpisah oleh jarak yang jauh, namun Fira dan lelaki dari desanya tetap percaya pada cinta dan hubungan mereka. Mereka yakin bahwa cinta mereka akan mengatasi segala rintangan dan menjaga api cinta mereka tetap menyala, meskipun terpisah oleh jarak dan waktu.
Dalam setiap pesan yang mereka kirimkan dan setiap panggilan yang mereka lakukan, terdapat janji dan komitmen untuk tetap setia dan saling mendukung satu sama lain. Mereka tahu bahwa meskipun jarak memisahkan mereka, namun cinta yang mereka miliki akan tetap abadi dan tidak tergoyahkan.
Dalam setiap hari yang mereka jalani, Fira dan lelaki dari desanya terus menunggu hari ketika mereka akan bersatu kembali. Mereka yakin bahwa suatu hari nanti, mereka akan mengakhiri jarak dan waktu yang memisahkan mereka, dan bersama-sama menjalani hidup yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan.
Hingga pada tahun ke empat tepat Fira meniti karirnya mendapat tugas baru dan jenjang karirnya mennjak menjadi Admin dan karyawan tetap, ia mendapat pukulan besar dari lelaki itu.
Ketika Fira menerima kabar pahit dari sepupunya, rasanya seperti dunianya hancur berkeping-keping. Kabar bahwa lelaki yang ia percayai telah menjalin hubungan baru dengan wanita lain terasa seperti pukulan telak yang menghantamnya tanpa ampun. Segala harapan, impian, dan kepercayaan yang pernah ia tanamkan dalam hubungannya dengan lelaki itu sirna dalam sekejap.
Dalam momen itu, Fira merasa seperti terhempas ke jurang kekecewaan yang dalam. Rasanya seolah-olah ia tenggelam dalam lautan kesedihan yang gelap dan tak berujung. Ia merasa ditipu, dikhianati, dan diabaikan oleh orang yang pernah ia cintai sepenuh hati.
Saat-saat berharga yang pernah mereka bagi bersama, kenangan manis yang pernah mereka bangun bersama, semuanya terasa palsu dan hampa. Fira merasa seperti telah disia-siakan dan diabaikan, dan rasa sakit yang melanda terasa begitu nyata dan menusuk.
Dalam keputusasaan yang mendalam, Fira meratapi kehilangan yang begitu besar. Ia bertanya-tanya mengapa harus dia yang harus mengalami penderitaan ini, mengapa cinta mereka harus berakhir dalam penderitaan dan pengkhianatan. Rasa marah, kecewa, dan kehilangan bergantian menghantamnya, membelenggu hatinya dengan kegelapan yang tak terlukiskan.
Namun di tengah-tengah keputusasaan yang melingkupi, Fira menemukan kekuatan untuk bangkit. Meskipun hatinya hancur dan terluka, namun ia bertekad untuk tidak membiarkan penderitaannya meruntuhkan dirinya sepenuhnya. Dengan tekad yang kuat, ia memutuskan untuk melangkah maju, melepaskan masa lalu dan memulai babak baru dalam hidupnya.
Meskipun pahit, pengkhianatan itu menjadi titik balik dalam kehidupan Fira. Ia belajar untuk lebih berhati-hati dalam mempercayai orang lain, dan ia belajar untuk lebih memahami nilai dirinya sendiri. Dengan penuh tekad, Fira berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan bangkit dari penderitaannya dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Fira merasakan luapan kesedihan yang begitu mendalam, membelenggu hati dan pikirannya dengan kekecewaan yang tak terlukiskan. Setiap detik terasa seperti belenggu yang semakin mengencang, menutupi segala harapan dan mimpi yang pernah ia bangun bersama kekasihnya.
Dalam gelombang emosi yang melanda, Fira merasakan hatinya hancur berkeping-keping. Rasa sakit dan kekecewaan mengalir begitu deras, menghantamnya seperti badai yang mengamuk di lautan jiwa. Ia merasa terluka, ditinggalkan, dan dikhianati oleh orang yang pernah ia percayai sepenuhnya.
Setiap kenangan indah bersama kekasihnya menjadi bumerang yang menghantamnya, menyebabkan luka yang semakin dalam dan tak terobati. Fira meratapi kehilangan yang begitu menyakitkan, merindukan saat-saat bahagia yang kini terasa begitu jauh dan tak terjangkau lagi.
Dalam kesedihan yang melingkupi, Fira merasa terjebak dalam labirin yang tak berujung. Ia bertanya-tanya mengapa cinta mereka harus berakhir seperti ini, mengapa kepercayaannya harus dihancurkan begitu saja. Rasa bingung dan kecewa merajalela di dalam dirinya, membingungkan dan menghantamnya dengan keras.
Namun, di tengah gelombang kesedihan yang membelenggu, Fira menemukan kekuatan dalam dirinya untuk bangkit. Meskipun hatinya hancur, namun ia bertekad untuk tidak terus terpuruk dalam kesedihan. Dengan tekad yang kuat, ia memutuskan untuk menjalani proses penyembuhan, merelakan masa lalu dan melangkah maju dengan penuh keberanian.
Dalam proses penyembuhan dan pemulihan, Fira menemukan kekuatan dan kebijaksanaan yang tak terduga di dalam dirinya. Ia tahu bahwa meskipun rasa sakitnya takkan pernah hilang sepenuhnya, namun ia juga tahu bahwa ia bisa bangkit dan melangkah maju dengan kepala tegak dan hati yang kuat. Dan di dalam kegelapan yang menyelimuti, ia menemukan cahaya harapan yang akan membimbingnya menuju masa depan yang lebih baik.
Fira memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya setelah ia memendam mimpi-mimpinya. Kini ia yang bercita cita sebagai dokter itu berubah Haluan mendaftarkan dirinya sebagai mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan di kota kelahirannya.
Empat tahun masa yang ia lewati untuk mendapatkan gelar S.Pd yang kini ia sandang membuatnya menjadi sosok guru yang penuh harapan membagi ilmu dan pengalamannya. Ia memiliki semangat yang kuat untuk menjalani kehidupannya. Ibu Hasanah selalu menjadi titik ketabahan yang ia miliki dalam jiwanya tersimpan pesan sang ibu yang menuntunnya dalam doa dan harapan.
Epilog Chapter 7
Setelah melalui badai kekecewaan yang mendalam, Fira akhirnya mampu bangkit dari keterpurukan yang menghimpitnya. Meskipun luka-luka itu masih ada, namun ia tidak lagi membiarkan mereka membelenggu langkahnya. Ia memilih untuk melangkah maju dengan tekad yang kuat dan hati yang tegar, menuju masa depan yang lebih cerah dan penuh harapan.

Dengan tekad yang bulat, Fira memutuskan untuk fokus pada dirinya sendiri. Ia mengarahkan energinya untuk mengejar impian-impian dan cita-cita yang pernah terlupakan. Ia kembali menyibukkan diri dengan hal-hal yang dicintainya, menemukan kebahagiaan dalam mencurahkan perhatiannya pada hobi, minat, dan passionnya.

Fira juga memilih untuk belajar dari pengalaman yang ia alami. Ia menemukan kekuatan dalam setiap rintangan yang ia hadapi, dan ia mengubahnya menjadi pelajaran berharga yang membantu memperkuat dirinya. Ia belajar untuk lebih bijaksana dalam memilih orang yang ia percayai, dan untuk lebih memahami nilai dirinya sendiri.

Dalam prosesnya menuju kesembuhan dan pemulihan, Fira juga menemukan dukungan yang tak terduga dari orang-orang terdekatnya. Keluarga dan teman-temannya selalu ada di sisinya, memberikan dukungan moral dan semangat yang membuatnya mampu melangkah maju dengan lebih percaya diri.

Di lautan mimpi yang tak bertepi, perjuangan bagai kapal yang menembus badai. Meski ombak menggempur, layar keberanian tetap dikembangkan. Sebab, dalam setiap gelombang, tersembunyi peluang untuk meraih impian yang tampak mustahil.
Masukan Token untuk Membuka setiap Chapter Novel Inspiratif | Maliah . Dapatkan Token