Seseorang yang Mengingat Namamu

Daftar Isi
Jejak Kecil di Hari Panjang : Seseorang yang Mengingat Namamu

Beberapa hal kecil dalam hidup seringkali terasa lebih hangat dari matahari pagi, salah satunya: saat seseorang memanggil namamu, dan ia benar-benar mengingatnya.

Bukan karena sedang membaca label. Bukan karena ingin menawarkan sesuatu. Tapi karena mereka benar-benar ingat kamu. Dan rasanya, seperti disapa oleh dunia yang tak selalu peduli.

Sepenggal Sapaan, Sebuah Bekas

Hari itu, Kamis. Hari pasaran. Aku pergi ke pasar bersama anakku, membeli jajanan tradisional: klepon, cetil, dan gemlong, favoritku sejak kecil. Aku pulang sambil mengapit anakku di depan motor, angin sore menyisakan sisa hangat dari kesibukan kota kecil ini.

Di jalan pulang, suara klakson dari belakang memanggil ringan. Aku tahu betul itu teman lama. Maka kutepi. Dan di sana kami bicara sebentar. Tak lama, tapi cukup: kabar, keluarga, belanjaan, lalu berpisah. Seperti sepasang daun yang saling bersentuhan sejenak sebelum hanyut di arusnya masing-masing.

Mengingat Adalah Sebentuk Cinta

Aku terdiam sebentar setelah pertemuan singkat itu. Ada rasa hangat yang aneh. Seolah dunia berkata: kamu masih diingat. Masih dianggap ada, walau tak bersuara lama.

Kita tak selalu bisa jadi orang besar. Tapi hari ini, mari jadi seseorang yang mengingat. Bukan hanya nama, tapi juga tawa, cerita, dan secuil rasa dari orang-orang yang pernah hadir di hidup kita.

Untuk Mereka yang Masih Menyempatkan

Di dunia yang serba cepat ini, menyapa adalah keberanian kecil. Mengingat adalah perhatian dalam bentuk paling hening. Dan ketika seseorang menghentikan laju motornya hanya untuk bertanya "kamu kabar baik?", itu bukan basa-basi. Itu bentuk cinta yang jarang.

Mungkin esok, aku ingin jadi seperti dia yang tak hanya ingat wajah, tapi juga tak segan menyapa di tengah sibuknya jalan pulang.