Menepi Sejenak di Tengah Riuh
.png)
Dalam hidup yang semakin riuh, menepi bukan berarti kalah. Kadang, justru di tengah hiruk-pikuk, kita menemukan jati diri yang perlahan hampir hilang. Membiarkan dunia berlalu sebentar, bukan untuk menyerah, tapi untuk mengingat lagi: siapa kita, dan ke mana kita ingin pergi.
Tak semua hal harus segera dikejar. Ada kalanya, diam sejenak adalah pilihan paling berani.
Menemukan Hening di Antara Hiruk Pikuk
Di dunia yang terus bergerak cepat, kadang kita lupa: hening itu juga butuh ruang. Bukan melulu soal pergi jauh, tapi soal berani berhenti sebentar, di tengah keramaian yang menggoda untuk terus berlari.
Ada kekuatan dalam menepi sejenak. Duduk diam, mendengarkan hembusan angin, atau bahkan sekadar mengamati bayangan matahari di trotoar. Saat dunia sibuk berteriak, kita memilih mendengar suara hati sendiri yang nyaris tenggelam.
Hening Bukan Berarti Sepi
Hening bukan kekalahan. Ia justru ruang aman, tempat jiwa bernapas tanpa harus bersaing dengan bising dunia. Di situ, kita bertemu lagi dengan diri sendiri, bukan yang dibentuk tuntutan, tapi yang lahir dari dalam.
Mungkin, di antara langkah-langkah cepat orang lain, kita memilih satu langkah pelan. Dan itu nggak apa-apa. Kadang, keajaiban kecil justru muncul dari keberanian untuk tidak ikut terburu-buru.
Berjalan Lagi dengan Hati yang Lebih Penuh
Setelah cukup diam, kita melangkah lagi. Bukan karena terpaksa, tapi karena hati sudah lebih penuh, bukan kosong. Bukan mengejar apa yang dikejar orang lain, tapi mengejar apa yang benar-benar kita yakini layak untuk diperjuangkan.
Menepi sejenak bukan berarti berhenti. Ia hanya cara sederhana untuk tetap menjadi diri sendiri, di tengah dunia yang kadang lupa ke mana arah sebenarnya.