Disipplin Ala Tentara Untuk Remaja Bermasalah | Solusi atau Sensasi?

Table of Contents
Program baru Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Saya Setuju Anak Nakal Masuk Barak Militer, Asal...

Ada satu video yang bikin saya diam cukup lama waktu scroll TikTok. Seorang remaja bersujud sambil menangis di kaki ibunya. Katanya dia menyesal, katanya dia sadar. Katanya... dia mau berubah.

Tampaknya, dia adalah salah satu peserta yang dari Program baru Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Anak-anak yang tidak bermoral alias nakal, akan ditempatkan di barak militer untuk dididik, bukan untuk dihukum. Tujuannya Apa?, tidak lain untuk membentuk karakter dan bikin mereka jadi manusia baru.

Gila? Enggak juga. Tapi luar biasa berani. Dan ternyata, program ini bukan cuma bikin heboh di Indonesia, tapi juga sampai ke media asing. Bikin penasaran, kan? Yuk, kita bahas bareng-bareng.

Barak Militer Buat Remaja, Emang Serius?

Program ini memang ditujukan buat remaja bermasalah, Seperti yang suka tawuran, kecanduan gadget/ game, atau yang sudah susah diatur di rumah. Mereka dikirim ke barak militer selama 14 hari untuk mendapat pelatihan kedisiplinan, pembinaan mental, dan nilai-nilai moral.

Salah satu momen paling viral adalah saat seorang anak minta maaf ke ibunya dan sujud sambil menangis. Dedi Mulyadi menyebutnya "sujud yang langka". Banyak yang terharu, dan nggak sedikit juga yang jadi penasaran, apa benar bisa mengubah karakter anak hanya dalam dua minggu?

Kenapa Banyak yang Mendukung?

Dengan adanya program  Pak Dedi atau biasa ke panggil Bapak Aing, buat banyak orang tua dan masyarakat, ini seperti angin segar. Akhirnya ada tindakan tegas di tengah kekacauan remaja zaman sekarang. Program ini dianggap sebagai solusi instan yang bisa membangunkan anak-anak yang mulai kehilangan arah.

  1. Membentuk disiplin dan tanggung jawab.
  2. Membuat anak sadar akan kesalahan mereka.
  3. Menjadi "shock therapy" yang menggugah.

Tapi Emang Nggak Ada Masalah?

Tentu ada. Program ini langsung disorot media nasional dan internasional. BBC Indonesia bahkan mengulas dari sisi hukum dan psikologi. Beberapa kritik menyebut:

  • Kurangnya dasar hukum yang jelas.
  • Risiko trauma psikologis jika tidak diawasi dengan baik.
  • Potensi pelanggaran hak anak jika tidak dengan persetujuan orang tua.

Meski niatnya baik, pelaksanaannya harus sangat hati-hati. Jangan sampai niat mendidik malah jadi alat menekan yang merusak mental anak.

Mau Diperluas ke Orang Dewasa Juga? Serius?

Dedi Mulyadi bilang ini baru permulaan. Ia punya rencana memperluas program ini ke orang dewasa yang terlibat premanisme atau perilaku menyimpang lainnya. Visi besarnya, masyarakat yang disiplin dan berkarakter.

Pendapat Saya? Setuju, Tapi Jangan Lupa Rem!

Secara pribadi, saya setuju. Tapi dengan catatan besar:

  1. Harus ada pengawasan ketat dan evaluasi berkala.
  2. dan Jangan (terlalu) ada kekerasan fisik atau verbal dalam proses pelatihan.
  3. Harus ada pembinaan lanjutan setelah keluar dari barak.

Pada dasarnya Generasi muda memang butuh ketegasan. Tapi juga butuh kasih sayang, sentuhan perhatian dan pendekatan manusiawi, dan jaminan hak yang tetap dijaga.

Gimana Menurutmu?

Setiap orang pasti punya pendapat sendiri. Tapi satu hal yang jelas! Indonesia butuh solusi nyata untuk masalah remaja. Dan program ini, meski kontroversial, setidaknya menunjukkan ada niat untuk bergerak.

Kalau kamu punya pandangan atau pengalaman, tulis aja di halaman Opini-Mu. Setuju? Kontra? Atau malah punya ide yang lebih baik? Yuk Bagikan!