Malam yang Berbisik Pelan
Suara Malam yang Diam-Diam Menguatkan
Malam ini, langit tidak sepenuhnya gelap. Ada bintang-bintang yang malu-malu muncul di antara awan, seolah ingin mengingatkan bahwa harapan selalu ada, meski tak selalu terang. Angin berhembus pelan, membawa aroma tanah basah dan suara jangkrik yang bersahutan. Di gubuk kecil belakang rumah, aku duduk sendiri, ditemani secangkir kopi hitam yang masih mengepul dan sebatang rokok yang perlahan habis.
Dalam kesunyian ini, aku merasa lebih dekat dengan diriku sendiri. Tidak ada distraksi, tidak ada kebisingan kota, hanya aku dan alam yang berbicara dalam diam. Setiap hembusan angin seolah membisikkan kata-kata penghiburan, bahwa tidak apa-apa merasa lelah, tidak apa-apa merasa sendiri. Karena dalam kesendirian, kita bisa mendengar suara hati yang sering terabaikan.
Bintang yang Tidak Penuh, Tapi Cukup
Langit malam ini tidak dipenuhi bintang. Tapi bintang yang ada, cukup untuk membuatku berhenti sejenak. Mungkin hidup juga seperti itu: kita tidak selalu mendapat segalanya, tapi yang sedikit ini, kalau mau dilihat lebih dalam, ternyata cukup untuk menghangatkan hati.
Malam ini, aku belajar, tidak semua kekosongan berarti kehilangan. Kadang, justru di sela-sela ruang kosong itulah, ketenangan menemukan jalannya.
Menyimpan Malam Ini di Dalam Hati
Ada malam yang ingin segera dilupakan, tapi ada malam seperti ini yang ingin disimpan baik-baik. Malam yang tidak menawarkan apa-apa, kecuali sebuah bisikan: "Pelan saja, kamu sudah cukup."
Semoga besok, jejak kecil dari malam ini masih tersisa, menjadi bekal untuk langkah-langkah panjang ke depan.