Facebook Reels: Hiburan atau Pembodohan?
Table of Contents
.png)
Scroll, Tertawa, Lupa Pikir: Fenomena Facebook Reels
Coba deh buka Facebook Relas. Dalam hitungan detik, kita bisa langsung disuguhi video-video pendek yang isinya... yah, antara lucu, absurd, atau kadang bikin geleng-geleng kepala.Bukan rahasia lagi, sebagian besar kontennya dibuat asal viral. Ada yang joget sambil masak, ada yang rekam tetangga berantem diam-diam, bahkan ada juga yang isinya cuma gimik lebay yang ngga jelas pesannya apa. Terus banyak juga nih, kreator dadakan, yang asal ngonten tanpa mikirin siapa aja yang nonton, termasuk anak-anak.
Lucu sih. Tapi... kok makin ke sini, makin kaya nggak ada isinya ya?
Lucu Boleh, Tapi Jangan Bodohin Publik
Banyak video yang kayaknya cuma pengin tujuan cuan, menarik perhatian, tapi minim edukasi. Lebih gawat lagi, kadang kontennya secara nggak langsung nyontohin hal yang salah. Kayak misalnya:
Kreator makin banyak, tapi sayangnya... nggak semua jadiin kualitas sebagai pegangan. Padahal, algoritma Facebook itu seperti kaca pembesar: apa yang sering kita tonton, itu yang bakal terus disajikan. Kalau semua orang ngejar views pakai cara asal, bisa dibayangin arah kontennya ke mana, kan?
Facebook nyediain panggung, kreator ngisi acaranya, penonton milih mau nonton apa. Tapi yang paling penting adalah: kita semua punya tanggung jawab untuk pilih dan bikin konten yang sehat dan berkualitas.
Lucu itu boleh. Hiburan itu perlu. Tapi kalau sampai menyesatkan, ya perlu dipikirin ulang.
Kalau kita bisa lebih bijak memilih tontonan, dan para kreator mau lebih sadar akan tanggung jawab sosial mereka, maka dunia konten digital bisa tetap fun tanpa harus jadi bodoh-bodohan.
Karena lucu boleh, tapi jangan sampe jadi pembodohan massal.
- Anak kecil dikasih tantangan absurd demi konten lucu
- Konten prank yang ujung-ujungnya ngerugiin orang lain
- Emak-emak “drama queen” yang bikin-bikin konflik buat views
Facebook Dulu vs Sekarang: Dari Status Bijak ke Konten Asal Viral
Dulu Facebook tempatnya berbagi cerita, status panjang, dan kadang jadi tempat diskusi. Sekarang? Newsfeed penuh Reels, scroll ke bawah isinya “drama”, “prank”, “gimik,” dan sesekali “pamer.”Kreator makin banyak, tapi sayangnya... nggak semua jadiin kualitas sebagai pegangan. Padahal, algoritma Facebook itu seperti kaca pembesar: apa yang sering kita tonton, itu yang bakal terus disajikan. Kalau semua orang ngejar views pakai cara asal, bisa dibayangin arah kontennya ke mana, kan?
Dampaknya Nggak Kelihatan Sekarang, Tapi...
Efek dari semua ini mungkin nggak langsung terasa. Tapi coba pikir jangka panjang:- Anak-anak yang nonton jadi gampang ikut-ikutan
- Kita makin kebal sama hal-hal yang absurd
- Kreator muda kehilangan arah karena ngira “konten bagus itu yang rame, bukan yang bermutu”
Jadi, Salah Siapa? Facebook? Kreator? Penonton?
Jawabannya: semua punya andil.Facebook nyediain panggung, kreator ngisi acaranya, penonton milih mau nonton apa. Tapi yang paling penting adalah: kita semua punya tanggung jawab untuk pilih dan bikin konten yang sehat dan berkualitas.
Lucu itu boleh. Hiburan itu perlu. Tapi kalau sampai menyesatkan, ya perlu dipikirin ulang.
Kesimpulan: Ayo Jadi Penonton (dan Kreator) yang Melek Konten
Facebook Reels itu alat. Bisa jadi hiburan, bisa jadi racun. Pilihannya ada di tangan kita.Kalau kita bisa lebih bijak memilih tontonan, dan para kreator mau lebih sadar akan tanggung jawab sosial mereka, maka dunia konten digital bisa tetap fun tanpa harus jadi bodoh-bodohan.
Karena lucu boleh, tapi jangan sampe jadi pembodohan massal.