Apakah Masih ada Konten Edukatif di Media Sosial

Daftar Isi
Apakah Masih ada Konten Edukatif di Media Sosial - Featured Image

Apakah Konten-konten yang muncul diberanda media Sosialmu  Masih (nilai) Mendidik? Dulu, saat pertama kali mengenal internet, rasanya seperti menemukan dunia baru. Informasi melimpah, pengetahuan tersedia hanya dengan sekali klik. Sekarang, membuka media sosial rasanya seperti berjalan di pasar malam yang riuh rendah. Banyak sekali yang berseliweran, tapi seberapa banyak yang benar-benar bermakna? Seringkali, saya bertanya-tanya, apakah masih ada konten edukatif di media sosial yang bisa benar-benar memperkaya diri?😒

Menurut laporan We Are Social dan Meltwater tahun 2024, pengguna internet di Indonesia mencapai angka yang fantastis, dan sebagian besar dari mereka aktif di media sosial. We Are Social. Ironisnya, dalam lautan informasi yang cepat ini, kita sering terjebak dalam konten yang sederhana dan tidak berguna.

Jeritan Algoritma: Antara Hiburan dan Pencerahan

Saya berpendapat bahwa algoritma media sosial seperti terjebak dalam lingkaran setan. Semakin banyak kita menonton video lucu atau gosip selebriti, semakin banyak pula konten serupa yang disodorkan kepada kita. Sulit sekali untuk keluar dari jerat ini dan menemukan konten edukatif di media sosial yang relevan dan berkualitas. Algoritma seolah lebih menghargai hiburan instan daripada pencerahan jangka panjang. Padahal, konten edukatif bisa menjadi sangat menarik jika dikemas dengan kreatif dan inovatif.

Beberapa ahli berpendapat bahwa algoritma memang dirancang untuk memaksimalkan engagement, yang seringkali berarti memprioritaskan konten yang emosional dan viral. Pew Research Center. Akibatnya, konten yang mendalam dan informatif seringkali kalah bersaing dengan konten yang sekadar menghibur.

Hilangnya Ruang Diskusi yang Bermakna

Dulu, forum-forum online menjadi tempat bertukar pikiran dan belajar hal baru. Sekarang, media sosial seringkali dipenuhi komentar-komentar singkat, emosional, dan seringkali tidak konstruktif. Sulit sekali menemukan ruang diskusi yang benar-benar bermakna, di mana orang-orang bisa bertukar pendapat dengan kepala dingin dan saling menghargai. Padahal, media sosial seharusnya bisa menjadi wadah untuk konten edukatif dan diskusi yang memperkaya wawasan.

Banyak orang berpendapat bahwa anonimitas di internet turut berkontribusi terhadap hilangnya kesantunan dalam berdiskusi. Brookings. Akibatnya, orang lebih mudah terpancing emosi dan melontarkan komentar-komentar yang tidak bertanggung jawab.

Harapan di Tengah Samudra Konten: Kreator yang Berdedikasi

Meskipun banyak tantangan, saya percaya masih ada harapan. Ada banyak kreator konten yang berdedikasi menciptakan konten edukatif di media sosial yang berkualitas dan menarik. Mereka menggunakan platform ini untuk berbagi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman mereka. Mereka membuktikan bahwa konten edukatif tidak harus membosankan, tetapi bisa dikemas dengan kreatif dan inovatif.

Contohnya, banyak kreator di You Tube yang membuat video tutorial, penjelasan ilmiah, atau bahkan dokumenter pendek yang informatif. You Tube menawarkan banyak peluang bagi kreator pendidikan, dan dari data Statista menunjukkan bahwa palatform ini sebagai salah satu platform utama untuk konten video.

Peran Kita Sebagai Pengguna: Memilah dan Memilih

Kita, sebagai pengguna juga memiliki peran penting dalam menentukan apakah masih ada konten edukatif di media sosial. Kita harus lebih selektif dalam memilih konten yang kita konsumsi. Jangan hanya terpaku pada konten yang viral dan menghibur, tetapi juga mencari konten yang informatif dan bermanfaat. Dengan mendukung kreator konten yang berkualitas, kita turut berkontribusi dalam menciptakan ekosistem media sosial yang lebih positif dan edukatif.

Kita juga bisa menggunakan algoritma untuk keuntungan kita. Dengan menyukai dan mengikuti akun-akun yang membagikan konten edukatif, algoritma akan belajar dan menyodorkan lebih banyak konten serupa kepada kita.

Refleksi: Mencari Oase di Gurun Pasir

Mencari konten edukatif di media sosial memang seperti mencari oase di gurun pasir. Butuh usaha dan kesabaran. Namun, jika kita terus berusaha dan mendukung kreator konten yang berkualitas, saya percaya kita bisa menciptakan ekosistem media sosial yang lebih cerdas dan bermanfaat bagi semua. Pertanyaan apakah masih ada konten edukatif di media sosial? Jawabannya ada di tangan kita.